Apa salah satu penyesalan yang
pernah kamu alami? Adakah hal yang ingin kamu ubah dan ingin diperbaiki jika seandainya bisa melakukan perjalanan
kembali ke masa lampau?
Jika disuguhi
pertanyaan-pertanyaan di atas, saya hanya ingin kembali ke masa kanak-kanak
saya. Mau ngapain? Karena kurang masa bermain waktu dulu? Hih, bukanlah! Saya
udah lumayan cukup puas merasakannya. Yang saya ingin ubah hanya satu, kebiasaan
membaca sambil tiduran plus dengan penerangan yang tidak cukup… *sigh*
Pada dasarnya saya termasuk
anak yang suka membaca. Bahkan sebelum masuk Sekolah Dasar (SD) saya sudah
diklaim sebagai anak yang sudah mampu mengenal semua huruf dan angka sebelum
terjun ke bangku SD #tjiee. Hal itulah yang mendasari kegemaran saya membaca,
dulu. Karena sekarang entah kenapa kegemaran ini semakin kesini perlahan semakin
memudar. Bisa dilihat dari setumpuk novel dan buku yang sudah dibeli sejak
beberapa tahun, tetapi sama sekali belum tersentuh hingga saat ini. Ah,
entahlah kenapa…
Sejak pertama kali
menginjakkan kaki di bangku sekolah, orang tua saya merasa harus mensetting
anaknya ini agar bisa fokus belajar di sekolah. Bagaimana caranya? Salah
satunya dengan meminta kepada wali kelas menempatkan saya untuk duduk di bangku
di baris paling depan. Sejujurnya saya sama sekali tidak keberatan karena saya
adalah tipe anak yang kalem sepanjang sesi belajar mengajar berlangsung. Sehingga
saya ikut terbawa untuk selalu memilih tempat duduk paling depan hingga saya
duduk di tahun terakhir SD. Ditambah lagi ukuran saya yang termasuk paling mini
diantara teman-teman sekelas yang lain. Aneh aja liatnya kalau duduk di baris
belakang. Imutnya kan jadi kurang keliatan *uhuk*. Yah jika tidak bisa paling
tidak di baris keduanya gitu deh. Pokoknya papan tulis selalu terlihat tampak
luas di mata #apasik
Nah setelah inilah masalah
mulai muncul..
Tibanya saya mengenyam bangku
SMP (jaman saya namanya SLTP), dimana SMP tersebut adalah salah satu SMP
terbaik dan terfavorit di kota Jambi, tentu butuh perjuangan lebih untuk bisa
duduk di bangku depan. Karena murid-murid-nya kebanyakan senang belajar *duh*
dan sangat semangat bersekolah. Dan biasanya yang model-model gini tentu
memilih untuk duduk di bangku depan, dong ya? Kehabisan tempat duduk di depan
mau tidak mau membuat saya agak duduk menjorok ke bagian baris belakang. Dan
you know what? Saya kesulitan membaca tulisan di papan tulis! Mungkin selain faktor
duduk di bangku belakang, juga karena ruangan kelas di SMP lebih luas dan
lapang di banding jaman SD dulu. What should I do? Tapi untunglah saya bisa
nego untuk tukeran tempat duduk sama salah satu teman, tapi tetap saja belum
membantu untuk melihat jelas tulisan di papan tulis.
Tahun pertama di SMP pun
berjalan, tiap ada materi yang catatannya ada di papan tulis saya pun cukup
kewalahan menghadapinya. Solusi saya ya maju ke depan sejenak untuk sekedar
melihat lalu kembali lagi ke meja untuk menulisnya, begitu seterusnya. Atau kalau
lagi malas menyalin catatan dari teman yang duduk di sebelah. Tapi jangan
salah. Ini beresiko dicurigai tatkala kita lagi ulangan harian. Kita dipikir
nyontek! Padahal saya kan cuma mau liat soalnya aja. Ini sungguh tidak adil +___+.
Jalan terakhir yang sungguh cukup efektif yang saya temukan sendiri caranya
adalah dengan memicingkan mata. Serius, it works! Caranya cukup dengan membuat
hole atau lubang kecil dari tangan yang seperti menggenggam. Seolah-olah tangan
kita ini berlaku sebagai medium untuk mata kita melihat. Tinggal
memicing-micingkan mata, maka tulisan di papan tulis akan semakin jelas.
Horray! I invented something! #apeu
![]() |
| It works! |
Di tahun kedua saya pun gerah,
capek, dan tak tahan lagi. Mau sampai kapan main keker-kekeran model gini? Ini
semua harus dicari solusinya! Akhirnya saya memutuskan cerita kepada orang tua
saya. Dan beberapa hari kemudian bersama Abang Ipar, saya diajak ke salah satu optik
kacamata kenalan milik orang minang juga, dengan modus mungkin ngarep dapat
diskon juga. Muahahahahah. Dasar orang Padang #eh #ditimpuk. Setelah memilih
frame/bingkai mana yang akan digunakan, saya pun diminta untuk masuk ke suatu
ruangan yang disinyalir dijadikan tempat pemeriksaan mata gitu. Untunglah sudah
menggunakan system yang komputerisasi. Jadi saya dihadapkan dengan alat ala
teropong, dan didepannya terdapat semacam layar komputer.
Beberapa saat kemudian petugas
yang memeriksa tadi menyimpulkan dengan memberi vonis bahwa saya menderita
rabun jauh (miopi). Menurut bahasa ilmiahnya, Miopi ini disebabkan jarak titik
api lensa mata terlalu pendek atau lensa mata terlalu cembung. Jadi sinar yang
masuk jatuh di depan retina sehingga mata tidak dapat melihat benda jauh. TIDAAAAKKK!
Dunia pun serasa mau runtuh *lebay. Ya memang sudah menebak juga sih. Karena
kalau baca dekat masih bisa dan jelas. Yang bikin kaget adalah berapa minus yang saya
derita. Drum roll please.. Mata kanan dan kiri pada kompak udah minus 2 ½ aja! Biasanya kan katanya kalau awal-awal
paling cuma minus ½ atau paling tinggi 1. Hiks…
Entah berpengaruh dari faktor
keturunan atau gimana, setelah diperhatikan ternyata dalam keluarga saya
lumayan banyak yang mempunyai kelainan mata. Papa dan Mama juga sekarang
memakai kacamata untuk membaca karena menderita rabun dekat. Dan 2 orang kakak
saya sepertinya juga menderita rabun jauh walau tidak terlalu memusingkannya
karena sudah dirasa tidak butuh.
Hingga saat ini sudah 5x saya
terhitung mengganti kacamata. Bisa karena lensanya udah terlalu lama sehingga
bias warnanya sudah mulai pudar, atau masalah frame yang seringkali menjadi
miring dan jadi membuat tidak nyaman dipakai. Beberapa tahun lalu sempat terpikir untuk
mencoba memakai lensa kontak (soft lens). Bahkan sempat dating ke salah satu optik
kacamata untuk tanya-tanya masalah soft lens. Tapi setelah mendengar banyak
pantangannya seperti kalau mau shalat kudu dilepas, bagaimana repotnya bongkar
pasangnya, serta bagaimana perawatannya sendiri. Petugasnya ada berujar “sepertinya Mas gak cocok kalo
pake soft lens, kuku gak boleh panjang”, sambil lirik kuku-kuku-ku ditangan
yang memang lagi panjang-panjangnya saat itu. Ish. Terpaksa deh mundur teratur
dan mengurungkan niat menggunakan soft lens.
“Kalau terus-terusan pakai
kacamata nanti minusnya berkurang lho”. Meeehh! Jangan percaya! Itu Cuma mitos!
Rasanya amat sangat jarang terjadi fenomena minus berkurang. Ini adalah tahun
ke-12 sejak saya memulai kacamata. Mesti juga lumayan sering disokong asupan dengan
memakan wortel yang katanya banyak mengandung Vitamin A yang baik untuk mata,
tapi nyatanya mata saya tidak ada tanda-tanda akan kunjung menurun minusnya,
justru malah semakin bertambah.
Beberapa bulan terakhir yang
saya rasakan mata saya malah semakin cepat lelah, mungkin karena diforsir untuk
selalu menatap layar PC/Laptop untuk bekerja dan bersocial media kali, ya -_-. Terkadang malah disertai dengan bikin kepala
berdenyut dibuatnya. Bisa jadi karena kacamatanya sudah tidak cocok lagi dengan
mata karena udah dipakai selama 2 tahun juga. Maka kemarin saya memutuskan
untuk ke salah satu optik untuk mengganti kacamata sekaligus melakukan
pemeriksaan mata kembali. Dan benar saja, minusnya semakin naik. Mata kanan
menjadi minus 3 ¾ , sedangkan mata kiri sedikit lebih baik, minus 3 ½ -________________-!
Tau LASIK? Laser Assisted In
Situ Keratomileusis (LASIK) menjadi metode yang kini semakin banyak digunakan
untuk mengoreksi kelainan refraksi,
seperti mata minus, mata plus dan mata silidris. Metode ini bertujuan mengubah
bentuk lapisan kornea agar pembiasan cahaya berlangsung sempurna. Banyak artis
yang menggunakan cara ini untuk mengobati kelainan mata mereka. Salah satunya
Rio Febrian yang kalau tidak salah punya mata minus diatas 8. Dia bilang kalau
tidak pakai kacamata sama sekali tidak bisa melihat. Tapi lihatlah ia sekarang
yang sudah tidak menggunakan kacamata lagi. Pengen sih, tapi sayang duitnya.
Untuk operasi LASIK sepasang mata dibanderol biaya sebesar 15-20 juta rupiah.
Heeeuuuuu mending buat umroh atau haji sekalian dah >,<. Jadi beruntung
dan bersyukurlah kalian yang masih dianugerahi mata yang sehat. Manfaatkanlah
sesuai porsi kerja dan kapasitasnya, jangan dipaksakan. Apalagi sampai merusaknya.
Dan tadi siang dapat info dari
optiknya yang bilang kalau pesanan kacamatanya diundur selesai dalam 7 hari
karena mesin potong yang error. Yah sudah lah, yang penting direimburse kantor ntar
=_=

No comments:
Post a Comment