Saturday, 1 June 2013

Dilemata



Apa salah satu penyesalan yang pernah kamu alami? Adakah hal yang ingin kamu ubah dan ingin diperbaiki  jika seandainya bisa melakukan perjalanan kembali ke masa lampau?

Jika disuguhi pertanyaan-pertanyaan di atas, saya hanya ingin kembali ke masa kanak-kanak saya. Mau ngapain? Karena kurang masa bermain waktu dulu? Hih, bukanlah! Saya udah lumayan cukup puas merasakannya. Yang saya ingin ubah hanya satu, kebiasaan membaca sambil tiduran plus dengan penerangan yang tidak cukup… *sigh*

Pada dasarnya saya termasuk anak yang suka membaca. Bahkan sebelum masuk Sekolah Dasar (SD) saya sudah diklaim sebagai anak yang sudah mampu mengenal semua huruf dan angka sebelum terjun ke bangku SD #tjiee. Hal itulah yang mendasari kegemaran saya membaca, dulu. Karena sekarang entah kenapa kegemaran ini semakin kesini perlahan semakin memudar. Bisa dilihat dari setumpuk novel dan buku yang sudah dibeli sejak beberapa tahun, tetapi sama sekali belum tersentuh hingga saat ini. Ah, entahlah kenapa…

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di bangku sekolah, orang tua saya merasa harus mensetting anaknya ini agar bisa fokus belajar di sekolah. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan meminta kepada wali kelas menempatkan saya untuk duduk di bangku di baris paling depan. Sejujurnya saya sama sekali tidak keberatan karena saya adalah tipe anak yang kalem sepanjang sesi belajar mengajar berlangsung. Sehingga saya ikut terbawa untuk selalu memilih tempat duduk paling depan hingga saya duduk di tahun terakhir SD. Ditambah lagi ukuran saya yang termasuk paling mini diantara teman-teman sekelas yang lain. Aneh aja liatnya kalau duduk di baris belakang. Imutnya kan jadi kurang keliatan *uhuk*. Yah jika tidak bisa paling tidak di baris keduanya gitu deh. Pokoknya papan tulis selalu terlihat tampak luas di mata #apasik

Nah setelah inilah masalah mulai muncul..

Tibanya saya mengenyam bangku SMP (jaman saya namanya SLTP), dimana SMP tersebut adalah salah satu SMP terbaik dan terfavorit di kota Jambi, tentu butuh perjuangan lebih untuk bisa duduk di bangku depan. Karena murid-murid-nya kebanyakan senang belajar *duh* dan sangat semangat bersekolah. Dan biasanya yang model-model gini tentu memilih untuk duduk di bangku depan, dong ya? Kehabisan tempat duduk di depan mau tidak mau membuat saya agak duduk menjorok ke bagian baris belakang. Dan you know what? Saya kesulitan membaca tulisan di papan tulis! Mungkin selain faktor duduk di bangku belakang, juga karena ruangan kelas di SMP lebih luas dan lapang di banding jaman SD dulu. What should I do? Tapi untunglah saya bisa nego untuk tukeran tempat duduk sama salah satu teman, tapi tetap saja belum membantu untuk melihat jelas tulisan di papan tulis.

Tahun pertama di SMP pun berjalan, tiap ada materi yang catatannya ada di papan tulis saya pun cukup kewalahan menghadapinya. Solusi saya ya maju ke depan sejenak untuk sekedar melihat lalu kembali lagi ke meja untuk menulisnya, begitu seterusnya. Atau kalau lagi malas menyalin catatan dari teman yang duduk di sebelah. Tapi jangan salah. Ini beresiko dicurigai tatkala kita lagi ulangan harian. Kita dipikir nyontek! Padahal saya kan cuma mau liat soalnya aja. Ini sungguh tidak adil +___+. Jalan terakhir yang sungguh cukup efektif yang saya temukan sendiri caranya adalah dengan memicingkan mata. Serius, it works! Caranya cukup dengan membuat hole atau lubang kecil dari tangan yang seperti menggenggam. Seolah-olah tangan kita ini berlaku sebagai medium untuk mata kita melihat. Tinggal memicing-micingkan mata, maka tulisan di papan tulis akan semakin jelas. Horray! I invented something! #apeu

It works!
 Di tahun kedua saya pun gerah, capek, dan tak tahan lagi. Mau sampai kapan main keker-kekeran model gini? Ini semua harus dicari solusinya! Akhirnya saya memutuskan cerita kepada orang tua saya. Dan beberapa hari kemudian bersama Abang Ipar, saya diajak ke salah satu optik kacamata kenalan milik orang minang juga, dengan modus mungkin ngarep dapat diskon juga. Muahahahahah. Dasar orang Padang #eh #ditimpuk. Setelah memilih frame/bingkai mana yang akan digunakan, saya pun diminta untuk masuk ke suatu ruangan yang disinyalir dijadikan tempat pemeriksaan mata gitu. Untunglah sudah menggunakan system yang komputerisasi. Jadi saya dihadapkan dengan alat ala teropong, dan didepannya terdapat semacam layar komputer.

Beberapa saat kemudian petugas yang memeriksa tadi menyimpulkan dengan memberi vonis bahwa saya menderita rabun jauh (miopi). Menurut bahasa ilmiahnya, Miopi ini disebabkan jarak titik api lensa mata terlalu pendek atau lensa mata terlalu cembung. Jadi sinar yang masuk jatuh di depan retina sehingga mata tidak dapat melihat benda jauh. TIDAAAAKKK! Dunia pun serasa mau runtuh *lebay. Ya memang sudah menebak juga sih. Karena kalau baca dekat masih bisa dan jelas.  Yang bikin kaget adalah berapa minus yang saya derita. Drum roll please.. Mata kanan dan kiri pada kompak udah minus 2 ½  aja! Biasanya kan katanya kalau awal-awal paling cuma minus ½ atau paling tinggi 1. Hiks…

Entah berpengaruh dari faktor keturunan atau gimana, setelah diperhatikan ternyata dalam keluarga saya lumayan banyak yang mempunyai kelainan mata. Papa dan Mama juga sekarang memakai kacamata untuk membaca karena menderita rabun dekat. Dan 2 orang kakak saya sepertinya juga menderita rabun jauh walau tidak terlalu memusingkannya karena sudah dirasa tidak butuh.

Hingga saat ini sudah 5x saya terhitung mengganti kacamata. Bisa karena lensanya udah terlalu lama sehingga bias warnanya sudah mulai pudar, atau masalah frame yang seringkali menjadi miring dan jadi membuat tidak nyaman dipakai.  Beberapa tahun lalu sempat terpikir untuk mencoba memakai lensa kontak (soft lens). Bahkan sempat dating ke salah satu optik kacamata untuk tanya-tanya masalah soft lens. Tapi setelah mendengar banyak pantangannya seperti kalau mau shalat kudu dilepas, bagaimana repotnya bongkar pasangnya, serta bagaimana perawatannya sendiri. Petugasnya  ada berujar “sepertinya Mas gak cocok kalo pake soft lens, kuku gak boleh panjang”, sambil lirik kuku-kuku-ku ditangan yang memang lagi panjang-panjangnya saat itu. Ish. Terpaksa deh mundur teratur dan mengurungkan niat menggunakan soft lens.

“Kalau terus-terusan pakai kacamata nanti minusnya berkurang lho”. Meeehh! Jangan percaya! Itu Cuma mitos! Rasanya amat sangat jarang terjadi fenomena minus berkurang. Ini adalah tahun ke-12 sejak saya memulai kacamata. Mesti juga lumayan sering disokong asupan dengan memakan wortel yang katanya banyak mengandung Vitamin A yang baik untuk mata, tapi nyatanya mata saya tidak ada tanda-tanda akan kunjung menurun minusnya, justru malah semakin bertambah.

Beberapa bulan terakhir yang saya rasakan mata saya malah semakin cepat lelah, mungkin karena diforsir untuk selalu menatap layar PC/Laptop untuk bekerja dan bersocial media kali, ya -_-.  Terkadang malah disertai dengan bikin kepala berdenyut dibuatnya. Bisa jadi karena kacamatanya sudah tidak cocok lagi dengan mata karena udah dipakai selama 2 tahun juga. Maka kemarin saya memutuskan untuk ke salah satu optik untuk mengganti kacamata sekaligus melakukan pemeriksaan mata kembali. Dan benar saja, minusnya semakin naik. Mata kanan menjadi minus 3 ¾ , sedangkan mata kiri sedikit lebih baik, minus 3 ½ -________________-!

Tau LASIK? Laser Assisted In Situ Keratomileusis (LASIK) menjadi metode yang kini semakin banyak digunakan untuk mengoreksi  kelainan refraksi, seperti mata minus, mata plus dan mata silidris. Metode ini bertujuan mengubah bentuk lapisan kornea agar pembiasan cahaya berlangsung sempurna. Banyak artis yang menggunakan cara ini untuk mengobati kelainan mata mereka. Salah satunya Rio Febrian yang kalau tidak salah punya mata minus diatas 8. Dia bilang kalau tidak pakai kacamata sama sekali tidak bisa melihat. Tapi lihatlah ia sekarang yang sudah tidak menggunakan kacamata lagi. Pengen sih, tapi sayang duitnya. Untuk operasi LASIK sepasang mata dibanderol biaya sebesar 15-20 juta rupiah. Heeeuuuuu mending buat umroh atau haji sekalian dah >,<. Jadi beruntung dan bersyukurlah kalian yang masih dianugerahi mata yang sehat. Manfaatkanlah sesuai porsi kerja dan kapasitasnya, jangan dipaksakan. Apalagi sampai merusaknya.

Dan tadi siang dapat info dari optiknya yang bilang kalau pesanan kacamatanya diundur selesai dalam 7 hari karena mesin potong yang error. Yah sudah lah, yang penting direimburse kantor ntar =_=

No comments:

Post a Comment