Sunday, 27 September 2015

Dubai - One Night Stand

Hujan deras di KLIA. Sangat deras. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam waktu Kuala Lumpur. Itu artinya pesawat Emirates kami sudah terlambat 35 menit dari waktu keberangkatan yang dijadwalkan untuk penerbangan Kuala Lumpur – Dubai. Ah, sudah mulai pasrah. Berarti rencana awal saat tiba di Dubai nanti akan gagal dieksekusi. Ya, tertundanya 1 jam pesawat kami terbang ke Dubai dari jadwal yang seharusnya tentu saja berakibat pula jadwal tiba kami di Dubai menjadi makin molor. Kalau saja tidak delay dijadwalkan kami tiba di Dubai pukul 22.15. Dalam pikiran kami jam segitu sepertinya masih memungkinkan untuk ngebut mengejar jadwal kereta Metro terakhir dari Terminal 3 kepusat kota Dubai. Hal ini sebenarnya sudah saya prediksi bisa saja terjadi. Untungnya saya punya rencana cadangan. Memang bikin cost membesar tapi apa boleh buat. Its the only way I had. Daripada visanya dianggurin kan sayang. Mahal-mahal appy visa masa gak jadi mampir ke downtown Dubai.

Pesawat Boeing yang kami tumpangi menjejak negeri Uni Emirate Arab sekitar pukul 23.00 waktu lokal. Dan untuk sampai ke gedung Terminal 3 kami menaiki semacam bus shuttle tanpa tempat duduk. Dan itu makan waktu lumayan lama sekitar 30 menitan. Rada jetlag karena habis melewati penerbangan panjang perdana selama hampir 7 jam. Karena nyawa masih belum sepenuhnya ngumpul maka kami putuskan beristirahat sebentar sesaat setelah sampai di gedung Terminal 3 DXB.

Pemandangan Kota Dubai saat pesawat akan landing

Welcome to Dubai International Airport (DXB)
 Bagi penumpang yang tidak punya visa bisa langsung masuk ke bagian untuk transit dan sekalian minta voucher meal gratis dari Emirates. Sedangkan kami dengan percaya diri melangkah menuju proses imigrasi *halah*. Cara apply visa bisa baca Visa UAE via Dubai.  Prosesnya lumayan singkat, tidak terlihat antrian yang panjang. Bermodalkan visa yang sudah saya cetak, paspor saya dicap oleh petugas imigrasinya tanpa ditanya macam-macam. Petugas imigrasinya pria dengan seragam atas bawah putih semacam gamis dengan penutup kepala *penting*. Jam 12 tengah malam kami keluar dari gedung terminal bandara dan langsung menuju area dimana Taxi bandara mangkal. Karena tidak ada lagi Metro yang beroperasi maka taksi adalah opsi moda transportasi kami terakhir dan satu-satunya untuk berkeliling kota Dubai. Sebelumnya sesuai info yang saya cari untuk tarif booking Taksi di Dubai selama 6 jam itu AED 300 (sekitar 1 juta rupiah saat itu) dan ternyata harga yang dipublish tertulis AED 500. *nangis*. Entah karena kami tibanya tengah malam dikenakan charge atau memang infonya tidak terupdate. Bisa saja kami memilih taksi meter biasa. Memang dirasa lebih efisien tapi tidak cukup efektif karena mesti gonta-ganti taksi. Ah sudahlah. Pantang mundur karena stok AED ada dilebihkan dikit. Maka langsung saja kita cus ke downtown Dubai!

Taksi yang kami naiki dikemudikan bapak bernama Mr. Hassan. Sebenarnya tidak semodel dengan taxi pada umumnya walau sama-sama sedan. Bahkan plang bacaan “Taxi” diatasnya juga tidak ada. Bagi saya mobilnya cukup mewah dan wangi. Sepanjang perjalanan jalanan sudah cukup sepi, tidak banyak mobil yang berlalu lalang. Setelah 30 menit perjalanan kami tiba di tujuan pertama kami. Ehm, the one and only : Burj Khalifa! Bangunan yang terletak di hingga saat ini masih dinobatkan sebagai gedung tertinggi di dunia ini dibangun selama lebih kurang 6 tahun ini dengan biaya menelan 1,5 milyar USD. Info dari Mr. Hassan yang membuat saya terperangah bahwa kawasan Burj Khalifa dan sekitarnya ini 8-10 tahun yang lalu masih berupa hamparan gurun pasir yang gersang! Betapa singkatnya mereka membangun kotanya menjadi salah satu kota termegah di dunia. Sayang kami tidak bisa melihat pertunjukkan air “Dubai Fountain” yang fenomenal itu. Mungkin lain kali ya... Aamiinn *ngarep*.

Finally, The tallest building in the world right now, Burj Khalifa!

Burj Khalifa
Setelah 1 jam menikmati epiknya Burj Khalifa di malam hari, waktunya melipir ke tujuan selanjutnya yaitu Burj Al Arab. Berhenti di Kite Beach untuk mendapatkan view Burj Al Arab secara penuh. Dinobatkan sebagai satu-satunya hotel Bintang 7 di dunia, Burj Al Arab berlokasi di Jumeirah Beach. Roger Federer dan Andre Agassi katanya pernah main tennis di helipad atas gedungnya. Di Kite Beach sebentar saja karena angin pantai malam harinya lumayan kencang dan dingin. Selanjutnya kita dibawa melihat pintu masuk ke Burj Al Arab.

Burj Al Arab dari Kite Beach
 
The only 7 star hotel in the world, Burj Al Arab
Kemudian lanjut lagi perjalanan ke Palm Atlantis. Dalam perjalanan saya juga banyak bertanya kepada Mr. Hassan. Saya jadi tau kalau di Dubai itu tenaga kerja asal Filipina lumayan banyak (jadi no wonder lah ya Cebu Pacific buka rute Manila – Dubai) sampai Abu Dhabi yang katanya jauh lebih tenang ketimbang Dubai. Sesampainya di gerbang masuk Palm Atlantis mobil kita dicegat oleh securitynya. Mr. Hassan keluar dan bilang kita cuma mau masuk bentar aja untuk foto. Eh tapi gak dibolehin. Well apaboleh buat cukup foto-foto dari gerbang masuknya aja deh. Jadi biasa aja kalo ngeliat Palm Atlantis dari gerbang depan, jangan bandingkan dengan isi di dalamnya yang bikin mupeng, silahkan googling kalo gak percaya upset emoticon. Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi, masih ada sekitar 3 jam waktu untuk berkeliling. Tapi kita sudah kelewat capek dan butuh istirahat karena badan rasanya gak siap langsung digenjot keliling tengah malam. Daripada belum apa-apa kita udah sakit, jadi gak mau ambil resiko. Dengan berat hati kami minta Mr. Hassan untuk dianterin balik ke bandara lagi. Cari tempat yang pewe untuk tidur di T1 keberangkatan DXB susah juga ya. Akhirnya kami tidur 2 jam di kursi tunggu di sekitar area keberangkatan.

Palm Atlantis

Meet our driver, Mr. Hassan!

Terdengar azan subuh langsung terbangun dan langsung sholat di prayer room. Kelar sholat langsung cabut keluar menuju stasiun Metro. Penerbangan lanjutan kami ke Istanbul dijadwalkan pukul 14.20. Jadi masih ada waktu sekitar beberapa jam untuk kembali ke pusat kota Dubai melihat suasananya di pagi hari. Kami langsung membeli tiket Metro di mesin tiket untuk tujuan berhenti di stasiun Burj Khalifa/Dubai Mall. Kalau untuk turis standar namanya Nol Red Ticket. Dari Stasiun Airport DXB ke Stasiun Burj Khalifa/Dubai Mall seharga AED 2.50 untuk sekali jalan.

Nol Ticket Metro Dubai

Metro Dubai
Metro Dubai
Larangan ketika berada di Metro

Bagi yang pernah naik MRT di Singapore akan merasakan sensasi yang tidak jauh berbeda ketika naik Metro Dubai. Sampai di stasiun tujuan kami langsung mengarah ke Dubai Mall. Ternyata jam 9 pagi belum banyak gerai disana yang buka. Keliling Dubai Mall yang lumayan besar sampai nyasar beberapa kali sambil mencari shortcut menuju Burj Khalifa tapi tidak juga ketemu. Jadinya nyantai saja selama di sana sekalian cuci mata. Jam 11 kami putuskan untuk balik lagi ke bandara biar gak telat untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi utama, Turki!

Burj Khalifa

Selamat datang di Dubai Mall

The Directory of Dubai Mall

Ternyata lagi ada event ComicCon di Dubai Mall

Meet Thor at Dubai Mall

No comments:

Post a Comment