Hujan deras di KLIA. Sangat deras. Jam sudah menunjukkan pukul 8
malam waktu Kuala Lumpur. Itu artinya pesawat Emirates kami sudah
terlambat 35 menit dari waktu keberangkatan yang dijadwalkan untuk
penerbangan Kuala Lumpur – Dubai. Ah, sudah mulai pasrah. Berarti
rencana awal saat tiba di Dubai nanti akan gagal dieksekusi. Ya,
tertundanya 1 jam pesawat kami terbang ke Dubai dari jadwal yang
seharusnya tentu saja berakibat pula jadwal tiba kami di Dubai menjadi
makin molor. Kalau saja tidak delay dijadwalkan kami tiba di Dubai pukul
22.15. Dalam pikiran kami jam segitu sepertinya masih memungkinkan
untuk ngebut mengejar jadwal kereta Metro terakhir dari Terminal 3
kepusat kota Dubai. Hal ini sebenarnya sudah saya prediksi bisa saja
terjadi. Untungnya saya punya rencana cadangan. Memang bikin cost
membesar tapi apa boleh buat. Its the only way I had. Daripada visanya
dianggurin kan sayang. Mahal-mahal appy visa masa gak jadi mampir ke
downtown Dubai.
Pesawat Boeing yang kami tumpangi menjejak
negeri Uni Emirate Arab sekitar pukul 23.00 waktu lokal. Dan untuk
sampai ke gedung Terminal 3 kami menaiki semacam bus shuttle tanpa
tempat duduk. Dan itu makan waktu lumayan lama sekitar 30 menitan. Rada
jetlag karena habis melewati penerbangan panjang perdana selama hampir 7
jam. Karena nyawa masih belum sepenuhnya ngumpul maka kami putuskan
beristirahat sebentar sesaat setelah sampai di gedung Terminal 3 DXB.
 |
| Pemandangan Kota Dubai saat pesawat akan landing |
 |
| Welcome to Dubai International Airport (DXB) |
Bagi penumpang yang tidak punya visa bisa langsung masuk ke bagian
untuk transit dan sekalian minta voucher meal gratis dari Emirates.
Sedangkan kami dengan percaya diri melangkah menuju proses imigrasi
*halah*. Cara apply visa bisa baca
Visa UAE via Dubai. Prosesnya lumayan singkat, tidak terlihat antrian yang panjang.
Bermodalkan visa yang sudah saya cetak, paspor saya dicap oleh petugas
imigrasinya tanpa ditanya macam-macam. Petugas imigrasinya pria dengan
seragam atas bawah putih semacam gamis dengan penutup kepala *penting*.
Jam 12 tengah malam kami keluar dari gedung terminal bandara dan
langsung menuju area dimana Taxi bandara mangkal. Karena tidak ada lagi
Metro yang beroperasi maka taksi adalah opsi moda transportasi kami
terakhir dan satu-satunya untuk berkeliling kota Dubai. Sebelumnya
sesuai info yang saya cari untuk tarif booking Taksi di Dubai selama 6
jam itu AED 300 (sekitar 1 juta rupiah saat itu) dan ternyata harga yang
dipublish tertulis AED 500. *nangis*. Entah karena kami tibanya tengah
malam dikenakan charge atau memang infonya tidak terupdate. Bisa saja
kami memilih taksi meter biasa. Memang dirasa lebih efisien tapi tidak
cukup efektif karena mesti gonta-ganti taksi. Ah sudahlah. Pantang
mundur karena stok AED ada dilebihkan dikit. Maka langsung saja kita cus
ke downtown Dubai!
Taksi yang kami naiki dikemudikan bapak
bernama Mr. Hassan. Sebenarnya tidak semodel dengan taxi pada umumnya
walau sama-sama sedan. Bahkan plang bacaan “Taxi” diatasnya juga tidak
ada. Bagi saya mobilnya cukup mewah dan wangi. Sepanjang perjalanan
jalanan sudah cukup sepi, tidak banyak mobil yang berlalu lalang.
Setelah 30 menit perjalanan kami tiba di tujuan pertama kami. Ehm, the
one and only : Burj Khalifa! Bangunan yang terletak di hingga saat ini
masih dinobatkan sebagai gedung tertinggi di dunia ini dibangun selama
lebih kurang 6 tahun ini dengan biaya menelan 1,5 milyar USD. Info dari
Mr. Hassan yang membuat saya terperangah bahwa kawasan Burj Khalifa dan
sekitarnya ini 8-10 tahun yang lalu masih berupa hamparan gurun pasir
yang gersang! Betapa singkatnya mereka membangun kotanya menjadi salah
satu kota termegah di dunia. Sayang kami tidak bisa melihat pertunjukkan
air “Dubai Fountain” yang fenomenal itu. Mungkin lain kali ya...
Aamiinn *ngarep*.
 |
| Finally, The tallest building in the world right now, Burj Khalifa! |
 |
| Burj Khalifa |
Setelah 1 jam menikmati epiknya Burj Khalifa di
malam hari, waktunya melipir ke tujuan selanjutnya yaitu Burj Al Arab.
Berhenti di Kite Beach untuk mendapatkan view Burj Al Arab secara penuh.
Dinobatkan sebagai satu-satunya hotel Bintang 7 di dunia, Burj Al Arab
berlokasi di Jumeirah Beach. Roger Federer dan Andre Agassi katanya
pernah main tennis di helipad atas gedungnya. Di Kite Beach sebentar
saja karena angin pantai malam harinya lumayan kencang dan dingin.
Selanjutnya kita dibawa melihat pintu masuk ke Burj Al Arab.
 |
| Burj Al Arab dari Kite Beach |
 |
| The only 7 star hotel in the world, Burj Al Arab |
Kemudian lanjut lagi perjalanan ke Palm Atlantis. Dalam perjalanan saya
juga banyak bertanya kepada Mr. Hassan. Saya jadi tau kalau di Dubai itu
tenaga kerja asal Filipina lumayan banyak (jadi no wonder lah ya Cebu
Pacific buka rute Manila – Dubai) sampai Abu Dhabi yang katanya jauh
lebih tenang ketimbang Dubai. Sesampainya di gerbang masuk Palm Atlantis
mobil kita dicegat oleh securitynya. Mr. Hassan keluar dan bilang kita
cuma mau masuk bentar aja untuk foto. Eh tapi gak dibolehin. Well
apaboleh buat cukup foto-foto dari gerbang masuknya aja deh. Jadi biasa
aja kalo ngeliat Palm Atlantis dari gerbang depan, jangan bandingkan
dengan isi di dalamnya yang bikin mupeng, silahkan googling kalo gak
percaya
upset emoticon.
Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi, masih ada sekitar 3 jam waktu untuk
berkeliling. Tapi kita sudah kelewat capek dan butuh istirahat karena
badan rasanya gak siap langsung digenjot keliling tengah malam. Daripada
belum apa-apa kita udah sakit, jadi gak mau ambil resiko. Dengan berat
hati kami minta Mr. Hassan untuk dianterin balik ke bandara lagi. Cari
tempat yang pewe untuk tidur di T1 keberangkatan DXB susah juga ya.
Akhirnya kami tidur 2 jam di kursi tunggu di sekitar area keberangkatan.
 |
| Palm Atlantis |
 |
| Meet our driver, Mr. Hassan! |
Terdengar azan subuh langsung terbangun dan langsung sholat di
prayer room. Kelar sholat langsung cabut keluar menuju stasiun Metro.
Penerbangan lanjutan kami ke Istanbul dijadwalkan pukul 14.20. Jadi
masih ada waktu sekitar beberapa jam untuk kembali ke pusat kota Dubai
melihat suasananya di pagi hari. Kami langsung membeli tiket Metro di
mesin tiket untuk tujuan berhenti di stasiun Burj Khalifa/Dubai Mall.
Kalau untuk turis standar namanya Nol Red Ticket. Dari Stasiun Airport
DXB ke Stasiun Burj Khalifa/Dubai Mall seharga AED 2.50 untuk sekali
jalan.
 |
| Nol Ticket Metro Dubai |
 |
| Metro Dubai |
 |
| Metro Dubai |
 |
| Larangan ketika berada di Metro |
Bagi yang pernah naik MRT di Singapore akan merasakan sensasi
yang tidak jauh berbeda ketika naik Metro Dubai. Sampai di stasiun
tujuan kami langsung mengarah ke Dubai Mall. Ternyata jam 9 pagi belum
banyak gerai disana yang buka. Keliling Dubai Mall yang lumayan besar
sampai nyasar beberapa kali sambil mencari shortcut menuju Burj Khalifa
tapi tidak juga ketemu. Jadinya nyantai saja selama di sana sekalian
cuci mata. Jam 11 kami putuskan untuk balik lagi ke bandara biar gak
telat untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi utama, Turki!
 |
| Burj Khalifa |
 |
| Selamat datang di Dubai Mall |
 |
| The Directory of Dubai Mall |
 |
| Ternyata lagi ada event ComicCon di Dubai Mall |
 |
| Meet Thor at Dubai Mall |
No comments:
Post a Comment