Seumur-umur bagi saya yang termasuk
dalam kategori “anak rumahan” ini, bepergian sendirian tentu saja menjadi hal
yang cukup langka dilakukan. Bukan karena apa-apa, tumbuh sebagai anak bungsu
dari delapan bersaudara (Program KB belum masuk kali yak -_-) barangkali
berimbas pula pada proteksi yang cukup berlebihan dari orang tua saya. Tapi
yang terpenting, entah mengapa saya sama sekali juga tidak keberatan
diperlakukan seperti itu. Heeeuu..
Sebelum saya bekerja, selama
itulah baru satu propinsi yang pernah saya kunjungi, yaitu Sumatera Barat. Agak
menyedihkan, bukan? Itupun karena propinsi tersebut adalah asal muasal nenek
moyang hingga orang tua saya. Yah mau tidak mau, suka tidak suka, beberapa kali
saya pergi kesana untuk berbagai urusan. Tentu saja tidak sendiri atau dengan
masih berada dalam pengawasan orang tua. Dan saya TIDAK SUKA. Mungkin karena
jarak tempuh yang cukup lama ± 14 jam untuk sampai di tujuan, ditambah dengan
kondisi jalan yang sama sekali kurang layak untuk dilalui, sayanya yang juga doyan
“mabok” darat, dan setibanya di kampung halaman semakin ngedrop karena bisa
dibilang bukan “gue banget”. Kebanyakan cuma menyapa keluarga disana, tanpa
adanya ajakan untuk sightseeing pesona Sumatera Barat. Padahal propinsi
tersebut kaya akan panorama alamnya. Makanya jadi berasa cuma capek di jalan. Ahh..
Lengkap sudah. Jadi kalau ada pilihan boleh tidak ikut, maka saya memilih tidak
ikut. Tapi oleh-oleh wajib dimintak #teteup #shitIndonesian
Jadi bagaimana cara saya
menghabiskan masa liburan sekolah saya? Seriously, jangan membayangkan tentu
saja saya akan selalu mendekam di rumah, karena itu pasti sangat menyebalkan.
Tapi untunglah orang tua saya punya inisiatif lain untuk “menitipkan” anaknya ini
di rumah tempat kerabat lain di luar kota, atau yang lebih ekstrem lagi, dioper
ke rumah kakak-kakak saya yang satu hingga yang lain agar mendapat giliran
untuk mengasuh saya. Tapi sepertinya kita tau akan bagaimana endingnya, jadilah
saya yang mengasuh anak-anak mereka? Oh well..
Tapi jangan ditanya apabila
dunia travelling ini disangkutpautkan dengan salah satu mata pelajaran di
sekolah dulu. I really love Geografi! Terlebih dikala subbab materinya membahas
hal yang betul-betul baru bagi saya, yaitu propinsi lain yang ada di Indonesia
dan tentu saja Negara-negara lain di seantero dunia. Entah itu topik tentang
tapal batas kota tersebut, bagaimana lingkup pemerintahannya, sosial budaya dan
sejarah asal muasal terbentuknya, dan lain-lain. Saya sangat suka
mengetahuinya. Bahkan dulu saya dan teman-teman membuat permainan dengan hanya
bermodal halaman belakang dari buku peta dan atlas, kami menebak bendera dari
negara manakah yang ditunjuk ini, it was so much fun actually. Jadi bisa
dibilang basic-nya ada kok ya, doyan geografi, berarti tinggal polesan sana-sini
aja untuk bikin menjadi seorang Ryan The Traveler #eak #muntahpelangi
Daaaannn terima kasih
Internet! Berkat googlenya lah, pikiran saya yang cendurung tertutup akan
hal-hal yang baru menjadi terbuka. Membaca berbagai macam cerita perjalanan
seseorang sungguh merupakan candu tersendiri. Bagaimana berinteraksi dengan
masyarakat dan sosial budaya yang selama ini masih asing bagi kita, membuat
saya semakin tak terelakkan lagi menjadi haus akan dunia yang satu ini. Harus
segera dilampiaskan. Secepatnya! Tapi tekad yang kuat dan menggebu-gebu tentu
saja tidak cukup, semua itu butuh… Uang… -_-
Dengan
status masih pelajar dan mahasiswa saat itu, apa yang bisa diharapkan sih? Mau
kerja kayaknya belum memungkinkan. Terus masa’ iya mau maksain minta dana sama
orangtua buat jalan-jalan? Apa kabar biaya kebutuhan premier lain semacam untuk
sekolah? Yah.. Kecuali orangtuamu hartanya berlimpah ruah kali ya, saya gak punya
pikiran sama sekali untuk minta duit ke mereka. Dan sayapun bersabar menanti
masa itu.
Akhirnya.
Masa itu. Tiba…
Beda orang, tentu
beda prioritas lah ya. Jadi setelah bekerja dan tidak selalu bergantung lagi
meminta segala sesuatunya dengan orang tua, saya pun memiliki prioritas. Alih-alih
menabung untuk masa depan, pada awalnya saya malah cenderung lebih memilih
untuk memanjakan diri sesaat. Yang terpikir saat itu hanya “Oke, gue masih
muda, gak salah dong kalo gue sekarang loyal dulu sama diri sendiri dan
keluarga”. Tapi yang ada kejadiannya malah bisa dibilang kebablasan, karna itu
berlangsung cukup lama. Gaji lari entah kemana, cepat abis, dan bekerja pun
dirasa semakin bikin capek. Oke, Demi Tuhan, ini salah….. *ketok-ketok meja*. Maka
di medio setelah setengah tahun bekerja, saya menargetkan kembali diri saya
untuk kembali menapaki jalur calon hobi saya sebelumnya tadi, yaitu travelling.
Karena pada dasarnya kerja itu melelahkan, dan ada masanya suatu saat kita
harus merehatkan diri sejenak dari segala jenis rutinitas pekerjaan. Dan saya
ingin masa itu nantinya harus special dan layak untuk dikejar…. Dengan
travelling…
Dengan
menguatkan diri, berbekal niat dan hasrat ingin berjumpa dengan beberapa
anggota “keluarga jauh” di Ibukota negara Indonesia, maka di awal tahun 2011
saya memulai rencana untuk mewujudkan salah satu resolusi ditahun itu, yaitu
untuk pertama kalinya naik yang namanya pesawat terbang dan kereta api sekaligus
menginjakkan kaki di Jakarta. Tentu saja tidak serta merta kabur meninggalkan
pekerjaan. Kan ada yang namanya cuti kali ah *selftoyor*. Maka terpilihlah
tanggal 9 Juli 2011, yah sekaligus memberi surprise teman dekat yang juga ultah
di tanggal tersebut #nomention #sokmisterius. Dengan jatah cuti perdana yang
diambil penuh selama 5 hari kerja ditambah 2x sabtu-minggu, tentu saya ingin
memaksimalkan liburan saya dengan pergi ke kota terdekat lainnya. Kebetulan ada
ajakan teman untuk gathering di Bogor dan Bandung sekaligus. Yah walaupun tidak
menginap. Tapi terasa komplit sudah.
Nah
pandangan orangtua Alhamdulillah juga perlahan mulai berubah sejak saya
bekerja. Mungkin mereka udah merasa kalau sudah bekerja itu otomatis saya menjadi
orang yang dapat memegang penuh tanggungjawab dan kepercayaan. Itulah yang saya
rasakan ketika meminta izin untuk berangkat sendirian selama 9 hari penuh untuk
berlibur sejenak menjauhkan diri dari kepenatan rutinitas yang membuncah.
Maklum selama setahun bekerja belum bisa mengambil jatah cuti. Saya hanya
dititipkan pesan untuk selalu berhati-hati dan jangan bertindak ceroboh. Plus minta dibelikan baju batik... \-,-/
Dan hari
itupun datang. Eh yang ginian enak ya! Singkat kata saya mengalami yang namanya
ketagihan dan betapa menyenangkannya dengan yang namanya liburan tersebut,
membuat saya memutar otak untuk kembali melakukan travelling ke berbagai kota
setelahnya. Akhirnya tak perlu beberapa lama menunggu, di tahun yang sama saya
berkesempatan mendatangi Palembang di Sumatera Selatan untuk dinas sekaligus
kencan *uhuk*, juga kembali ke SumBar, tapi kali ini sendirian khusus untuk
liburan. Karena travelling itu bisa dalam berkelompok, tentu saja tak luput pula
untuk disebut pencapaian yang menjadi salah satu travelling yang paling
menyenangkan yang pernah saya alami, yaitu tatkala selama 3 hari plesiran dan
mengeksplore keeksotisan Pulau Dewata, Bali pada medio Juli 2012 yang lalu.
Berbekal dengan
beberapa pengalaman travelling mini itulah, disertai dengan passion dan niat yang
kuat untuk melakukan travelling, plus dengan semakin rajinnya beberapa maskapai
penerbangan memberikan promo untuk terbang murah bersamanya, maka saya
beranggapan bukanlah hal yang mustahil untuk terbang lebih jauh ke tempat lain,
melihat dan menikmati beragam hal baru yang tidak terjangkau sebelumnya.
Ke luar negeri,
mungkin?
No comments:
Post a Comment